“Tujuan kita adalah recovery dari learning loss pandemi dan seperti yang kita lihat pada saat kita menawarkan kurikulum darurat dengan memberikan pilihan,” kata dia dalam Peluncuran Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar secara daring, Minggu (13/2).
Ia pun membeberkan hasil survei internal, yakni sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013, nilai literasi mengalami kehilangan pembelajaran sekitar enam bulan. Sementara numerasi kehilangan sekitar 5 bulan.
“Angka ini sangat besar sekali dalam krisis kita selama dua tahun,” jelasnya.
Suatu ketika saat ditawarkan kurikulum darurat, secara organik ada 31,5 persen sekolah yang mengadopsi kurikulum tersebut. Alhasil learning loss bisa diminimalkan.
“Apa yang terjadi pada 31 persen sekolah ini, kita melihat learning loss-nya lebih sedikit. Sekolah yang menggunakan Kurikulum 13 mengalami learning loss lima bulan, mereka yang mengubah ke kurikulum darurat hanya mengalami learning loss satu bulan,” tambah Nadiem.
Oleh karenanya, diyakini Kurikulum Merdeka yang diadopsi dari kurikulum darurat mampu membawa angin segar bagi kegiatan pembelajaran siswa. “Sekarang waktunya kita punya kurikulum yang ringkas, lebih sederhana, dan fleksibel untuk bisa learning loss recovery dan mengejar ketertinggalan kita,” serunya