Kuliner Kreasi Petani di Magetan, Abon Telur Laku Keras di Delapan Kota Besar

MAGETAN - Prihatin dengan fluktuasi harga telur yang diusaha ternakkan sejumlah tetangganya tidak menentu, Taufiq Efendi (40) petani warga Desa Plumpung, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, berkreasi membuat kuliner abon telur.

Meski abon telur ini terbuat dari bahan telur, namun cita rasanya juga berserat layaknya abon yang terbuat dari daging sapi.

Pembuatan abon telur ini sudah ditekuni sejak empat tahun lalu. Bahkan, kreasi kuliner ini sudah menjelajah di delapan kota besar di Jawa Timur, termasuk Magetan.

"Maklum Mas, masaknya masih konvensional, belum diproduksi secara massal dengan mesin full," kata Taufik Efendi.

"Sebulan 200 bungkus itu pembuatan mulai meracik bumbu, membuat serat abon dari telur hingga mengemasnya. Hanya dibantu istri, berdua kami masaknya secara konvensional," kata Taufiq Efendi.

Ditambahkan Taufiq Efendi, daerah yang penjualannya laku keras yaitu,
Malang, Surabaya, Jember, Lumajang, Gresik, Madiun, Ponorogo dan Magetan.

Karena kepiawaian Taufiq Efendi ini abon telurnya itu juga berserat layaknya abon daging sapi. Kalau tidak diberi tahu, orang akan menyangka abon telur ini abon biasa (abon daging sapi).

Setiap harinya Taufiq Efendi memproduksi abon telur ini dibantu istrinya, mulai membuat bumbu, mengaduk telur, hingga membungkusnya.

"Yang paling sulit itu membuat bumbu. Agar rasa enak abon telur itu tetap, harus hapal takarannya. Jangan sampai, produk hari ini rasanya tidak sama dengan yang kemarin," jelasnya.

Dikatakan Taufiq Efendi, setelah telur yang digoreng berserat, kemudian dikeringkan dengan mesin. Baru meracik bumbu, seperti cabai rawit, kemiri, jinten, bawang putih, daun salam, gula merah dan gula putih. Kemudian, semua bumbu di blender.

"Setelah bumbu siap, digongso di wajan dengan api kecil, baru telur berserat itu dimasukkan wajan. Telur berserat itu digongso bersama bumbu. Setelah warna merah seperti gosong, ditiriskan dan didinginkan. Lalu proses akhir, di kemas," ujar Taufik Efendi menjelaskan.

Sejak pandemi Covid 19, tambah Taufiq Efendi, pesanan dari tujuh daerah yang menjualkan produk abon telurnya, penjualannya menurun hampir 50 persen.

"Saat pandemi penjualan produk abon telur di tujuh daerah dan lokalan Magetan menurun, sekarang pesanan tinggal 100 bungkus, paling banyak 150 bungkus. Mudah-mudahan memasuki puasa ini pesanan bisa meningkat kembali," harapnya.

Untuk mendongkrak kembali penjualan abon telurnya, Taufiq Efendi menambah rasa abon telur original dengan berbagai varian, pedas manis dan manis biasa.

Kini, Taufiq Efendi akan merambah pasar Jakarta dan Surabaya.

Kuliner abon telur dari warga Desa Plumpung, Kecamatan Plaosan yang dikenal hingga ke daerah lain itu diapresiasi Kepala Kepala Desa (Kades) Plumpung, Jaelani Wahyudiarto hingga akan membantu permodalan yang bekerja sama dengan Badan Usaha Desa.

"Untuk meningkatkan produk abon telur, kami akan suntik dana, bekerja sama dengan badan usaha milik Desa Plumpung," kata Jaelani.